Kronologi Malapetaka yang Hantam Bisnis Salim di RI Kini Jaya Merajai

Indofood adalah nama yang sudah tak asing di telinga masyarakat Indonesia. Produk-produk dari perusahaan ini seakan menjadi bagian penting dari gaya hidup sehari-hari, mulai dari mie instan hingga makanan olahan lainnya. Sebagai salah satu pilar utama raksasa konglomerasi yang dimiliki keluarga Salim, Indofood menunjukkan betapa besar pengaruhnya dalam industri makanan di Tanah Air.

Tetapi di balik kesuksesannya, terdapat sejarah panjang yang penuh dengan lika-liku, termasuk momen-momen kelam yang sempat mengguncang fondasi kerajaan bisnis ini. Keberhasilan yang diraih saat ini tidak serta merta datang tanpa perjuangan dan pengorbanan yang besar.

Kisah perjalanan Salim Group, yang menjadi salah satu ikon kekuatan bisnis di Indonesia, tidak dapat dipisahkan dari sosok pendirinya, Sudono Salim. Visi dan ambisinya, serta hubungannya dengan berbagai kekuatan politik, berperan penting dalam menciptakan jaringan bisnis yang luas dan kuat.

Awal Mula Jaringan Bisnis Salim Group

Sudono Salim dikenal sebagai pengusaha yang menjalin kerjasama erat dengan pemerintah, khususnya di era rezim Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto. Ketika Indonesia baru merdeka, Sudono sudah memiliki pengalaman sebagai pengusaha impor cengkeh dan logistik, yang membuatnya menjadi figur penting di kalangan militer. Jaringan luasnya menghadirkan peluang emas bagi kolaborasi dengan Soeharto.

Perkenalan pertama Sudono dengan Soeharto terjadi melalui sepupunya, Sulardi, dan berlangsung pada saat Soeharto masih seorang kolonel. Pada masa itu, beliau menjadi penyuplai logistik untuk pasukan Soeharto di Perang Kemerdekaan. Dari sinilah, hubungan mereka berkembang menjadi saling menguntungkan yang menguntungkan kedua belah pihak.

Seiring berjalannya waktu, hubungan ini semakin kuat, dan Sudono Salim dikenal sebagai salah satu pengusaha terkuat di Indonesia. Keduanya tidak hanya saling menguntungkan dalam bisnis, tetapi juga dalam politik. Salim Group berkembang pesat berkat dukungan Soeharto, yang memuluskan jalan bagi pertumbuhan bisnis tersebut.

Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Salim Group

Saat memasuki era 1990-an, Salim Group menjadi salah satu konglomerasi terbesar di Indonesia, dengan bisnis yang tersebar di berbagai sektor seperti perbankan, makanan, dan konstruksi. Namun, krisis moneter yang melanda Asia pada 1997-1998 memberikan dampak yang sangat nyata. Sektor perbankan, khususnya Bank Central Asia (BCA), merasakan pukulan paling telak.

Masyarakat yang mulai kehilangan kepercayaan terhadap BCA menarik dana mereka secara massal, menciptakan antrian panjang di bank. Hal ini menyebabkan BCA berada pada ambang kebangkrutan. Krisis yang berlangsung selama beberapa bulan ini mencapai puncaknya pada bulan Mei 1998, ketika situasi politik di Indonesia semakin memburuk.

Ketegangan di masyarakat mengarah pada sentimen anti-kekuasaan, yang secara langsung memperburuk posisi Salim Group. Dengan kedekatannya kepada Soeharto, Sudono Salim menjadi sasaran utama dalam demontrasi massa yang berujung pada kerusuhan. Salim yang sebelumnya begitu terhormat kini menjadi tokoh yang dibenci oleh masyarakat.

Kerusuhan Mei 1998 yang Mengguncang Jakarta

Hari-hari menjelang kerusuhan Mei 1998 menyaksikan kebangkitan massa yang terprovokasi untuk menyerang aset-aset milik pengusaha Tionghoa, yang identik dengan kekayaan dan kedekatan dengan penguasa. Salim dan perusahaan-perusahaannya menjadi salah satu target utama. Pada tanggal 14 Mei, kerusuhan terjadi di Jakarta dengan penjarahan dan pembakaran yang melanda banyak bangunan.

Dalam kerusuhan tersebut, rumah Sudono Salim di Roxy menjadi sasaran amuk massa. Saat itu, Sudono beserta keluarga berada di luar negeri untuk urusan kesehatan, menyisakan Anthony Salim yang berusaha melindungi aset keluarga. Dalam situasi mencekam, Anthony memutuskan untuk tidak melawan dan membiarkan massa merusak rumahnya.

Kerusuhan ini berujung pada kehancuran besar-besaran, bukan hanya rumah, tetapi juga reputasi Salim Group dan BCA sebagai lembaga perbankan. Foto-foto Salim dibakar dan dicemooh di jalanan, melambangkan kebangkitan kemarahan rakyat terhadap kekuasaan yang dianggap menindas.

Reformasi dan Kebangkitan Pasca Krisis

Saat situasi mulai mereda dan Soeharto lengser, kerugian yang dialami Salim Group tidak dapat dihindari. BCA kehilangan sebagian besar cabangnya akibat kekacauan, sedangkan Indofood dan Indocement juga terkena dampak parah. Krisis ini memberikan pukulan telak bagi semua lini bisnis, apalagi BCA terpaksa diambil alih oleh pemerintah untuk diselamatkan.

Setelah mengatasi gejolak dan mereda, Salim Group perlahan mencoba bangkit kembali dari keterpurukan. Dalam seminggu setelah lengsernya Soeharto, BCA dikendalikan oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional. Meskipun pergerakan ini membuat Salim kehilangan kendali atas bank tersebut, ia tetap memiliki Indofood sebagai sumber utama pendapatan keluarga.

Sekarang, 25 tahun berlalu sejak kejadian tersebut, bisnis keluarga Salim tidak hanya kembali berjaya, tetapi juga berkembang pesat. Kini mereka tidak hanya beroperasi di sektor makanan, tetapi juga telah merambah industri migas, konstruksi, perbankan, dan data center. Kesuksesan ini mengipasi semangat, buktinya keluarga Salim kini termasuk dalam jajaran orang terkaya di dunia dengan total kekayaan yang sangat signifikan.