
Pada bulan September 2025, pemerintah mengambil langkah strategis untuk menghadapi tantangan ekonomi global dengan melonggarkan kebijakan moneter. Salah satu tindakan tersebut adalah penurunan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,75%. Langkah ini dirancang untuk mendorong peningkatan konsumsi masyarakat yang diharapkan dapat mempercepat pemulihan ekonomi nasional.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menjelaskan bahwa keputusan tersebut diambil guna menjaga inflasi dan stabilitas nilai tukar rupiah. Dengan fokus kepada pertumbuhan ekonomi, pemerintah berharap inflasi bisa tetap terkendali dalam kisaran yang aman, yaitu plus minus 1% pada tahun-tahun mendatang.
Namun, penurunan suku bunga acuan ini juga menyisakan kekhawatiran di kalangan masyarakat. Terutama mengenai pilihan investasi yang aman, stabil, dan tetap memberikan imbal hasil yang menarik di tengah lingkungan suku bunga yang lebih rendah.
Pilihan Investasi: Surat Berharga Negara (SBN) Ritel dan Deposito BPR
Dua instrumen investasi yang sering menjadi perbandingan adalah Surat Berharga Negara (SBN) Ritel dan Deposito BPR. Keduanya menawarkan risiko yang rendah tetapi memiliki karakteristik serta imbal hasil yang berbeda. Hal ini menjadikan keduanya pilihan menarik bagi masyarakat yang mencari tempat aman untuk menempatkan dananya.
SBN Ritel merupakan instrumen surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah untuk membiayai proyek-proyek strategis. Salah satu seri terbaru yang diluncurkan adalah ORI028 dengan kupon 5,35% untuk tenor 3 tahun dan 5,65% untuk tenor 6 tahun, dengan pembayaran kupon setiap bulan.
Keunggulan SBN adalah adanya jaminan dari pemerintah hingga batas tertentu. Meski demikian, terdapat risiko pasar yang harus diperhatikan, di mana nilai SBN bisa turun jika dijual di pasar sekunder sebelum jatuh tempo.
Keuntungan dan Risiko Deposito BPR
Deposito BPR menawarkan bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata bank umum, menjadikannya pilihan menarik. Dengan bunga mencapai 6% per tahun pada 1 Oktober 2025, instrumen ini sangat diminati masyarakat, terutama karena tingkat bunga penjaminan oleh LPS.
Bunga yang diperoleh dari deposito BPR juga akan dikenakan pajak, namun jika nilai deposito di bawah Rp7.500.000, pajak tersebut tidak dikenakan. Fleksibilitas tenor yang ditawarkan, mulai dari 1 bulan hingga 12 bulan, juga merupakan salah satu keunggulan dari produk ini.
Meski demikian, risiko tetap ada. Meskipun deposito di BPR dijamin oleh LPS hingga Rp2 miliar per nasabah, ada kemungkinan kerugian jika bank mengalami kebangkrutan. Namun, jaminan dari LPS memberikan keyakinan bagi nasabah untuk berinvestasi.
Perbandingan Imbal Hasil antara SBN dan Deposito BPR
Jika dibandingkan dari imbal hasil, maka keduanya bersaing ketat setelah dipotong pajak. Imbal hasil bersih SBN Ritel adalah 4,8% untuk tenor 3 tahun dan 5,08% untuk tenor 6 tahun, sementara Deposito BPR juga memberikan imbal hasil bersih 4,8% untuk bunga yang dikenakan pajak.
Dari perspektif jangka waktu, Deposito BPR lebih fleksibel dengan pilihan tenor yang lebih beragam. Berbeda dengan SBN yang memiliki komitmen jangka waktu 3 dan 6 tahun, sehingga memerlukan pertimbangan mendalam bagi yang ingin menjual investasi sebelum jatuh tempo.
Ketika likuiditas menjadi perhatian, keunggulan Deposito BPR dapat memberikan manfaat bagi investor yang memerlukan dana dengan cepat. Terlebih lagi, opsi perpanjangan tenor juga menjadi nilai tambah bagi nasabah.
Dampak Perubahan Kebijakan Suku Bunga
Perubahan suku bunga BI memberikan dampak signifikan bagi instrumen investasi. Jika suku bunga naik, maka bunga LPS dan deposito BPR akan mengikuti. Namun, kupon SBN Ritel tetap, sehingga dapat kurang menarik jika bunga deposito meningkat.
Dalam kondisi suku bunga yang meningkat, pemilik SBN bisa menghadapi kerugian jika berniat menjual di pasar sekunder. Hal ini penting untuk menjadi perhatian bagi investor agar bisa merencanakan investasi dengan lebih baik.
Kedua instrumen ini juga menonjol dalam hal keamanan, karena keduanya telah dijamin oleh pemerintah. Dengan demikian, investor dapat merasa tenang saat memilih antara SBN Ritel dan Deposito BPR sebagai pilihan investasi mereka.
Pada akhirnya, keputusan untuk berinvestasi harus didasarkan pada profil risiko dan kebutuhan likuiditas masing-masing individu. SBN Ritel memberikan kepastian dalam jangka panjang, sementara Deposito BPR menawarkan fleksibilitas dalam jangka pendek dan imbal hasil yang kompetitif. Dengan memahami karakteristik masing-masing instrumen, masyarakat dapat membuat keputusan terbaik serta memaksimalkan potensi keuntungan dari investasinya.